Tidakkah kautengok? Wajahnya berpijar laksana api. Bara di dadanya lebih panas bergejolak, tak padam, hingga puas mencerca. Tidakkah kaudengar? Nyanyiannya terlalu bising di telinga. Ia tak berhenti pada kekejian kata, melontar fitnah, hingga mencoreng nama. Namun, sekali-kali tidak! Meski harta, kedudukan, istri, hingga kerabat menyokongnya, maksud tak akan pernah sampai. Kehinaan di bumi dan di langit nyata baginya. Belajar kebencian dari seorang Abu Lahab.Ia simbol yang dinisbatkan pada dengki. Vonis penghuni neraka terlebel padanya meski ia masih berjalan di atas bumi. Ia laksana iblis, terkutuk tak akan pernah bisa menyentuh surga kelak walaupun mati belum dirasa. Belajar kesumat dari seorang…
-
-
Seekor burung kecil terjatuh dari ketinggian. Malang sayapnya sebelah patah, hingga ia tak bisa kembali terbang. Kejadian tersebut mengusik Syaqiq al Balkhi yang tengah beristirahat. Sang sufi tertarik mengamati lebih lanjut, namun tak lama berselang seekor burung lain datang menghampiri burung yang terluka sambil menyodorkan belalang mati dengan paruhnya. Syaqiq al Balkhi semakin terkesima, sungguh pelajaran berharga ia dapati dari sekawanan burung. “Sejak itu aku memfokuskan hidupku hanya untuk beribadah khusus kepada Allah, karena aku yakin Allah tidak akan menelantarkan rezekiku, sama halnya seperti burung kecil yang terluka.” Jelas Syaqiq al Balkhi saat ditanya Syeikh Ibrahim bin Adham tentang perjalanan…
-
Ia menyusuri jalan, dalam hening di pekat malam. Tekad mencari sosok penerima sedekah secara senyap, dimaksudkan agar niat tetap tegak sempurna, wujud ketulusan dalam memberi. Tiga malam bertuturut-turut, lelaki itu merasa sedih. Alih-alih menyembunyikan sedekah tanpa tahu penerimanya, justru ia merasa terkecoh. Ekspektasi tak sesuai harapan, niat baik seolah terabai. Sedekah diterima bukan pada tempatnya. Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Seorang laki-laki berkata, “Sungguh aku akan bersedekah.” Lalu dia pergi membawa sedekahnya. Dia meletakkannya di tangan pencuri. Di pagi hari orang-orang membicarakannya, “Seorang pencuri di beri sedekah”. Dia berkata, “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Sungguh aku akan…
-
Musafir muda tertunduk lesu. Ia digugat, diduga membunuh lelaki renta pekerja ladang. Sebenarnya ia bisa mengelak, tak ada saksi yang melihat kejadian. Namun ketakutan akan pengadilan akhirat menuntun lisannya mengakui apa adanya. Musafir muda sadar ia khilaf, memukul lelaki renta penjaga ladang hingga tewas. Ia marah karena untanya mati di tangan lelaki renta. Sebenarnya di dasar hati ia jua merasa bersalah. Keletihan perjalanan membuatnya terlelap, hingga untanya tak tertambat baik berakibat merusak ladang orang lain yang dijaga lelaki renta. Umar bin Khattab RA khalifah saat itu memutus hukuman mati bagi sang pemuda. Sang pemuda menerima namun ia meminta penangguhan. Alasan…
-
Imam Ahmad ibnu Hanbal bercerita, suatu waktu dirinya teramat ingin mengunjungi sebuah kota di Bashrah. Tak ada hajat khusus, tapi hasrat membawanya tetap melakukan perjalanan. Senja beranjak, malam menghampiri.Imam Ahmad memutus bermukim di masjid yang disinggahi, namun maksud ditolak sang penjaga masjid, apalagi sang penjaga tak tahu dengan siapa ia berhadapan. Belum jauh Imam Ahmad beranjak pergi, seorang penjual roti yang rumahnya di sekitaran masjid menghampiri. Sedari awal penjual roti itu memperhatikan perlakuan penjaga masjid terhadap Imam Ahmad. Rasa iba menggerakan hatinya mengajak imam Ahmad untuk bermalam di rumahnya. Imam Ahmad menyetujui dan memperkenalkan diri sebagai seorang musafir yang kemalaman.…
-
Pemuda rupawan pedagang kain asal Syam itu terjebak, mengira wanita yang memanggil dari rumah akan membeli jajaannya. Siapa sangka, nyatanya wanita itu berhasrat dan bersiasat buruk padanya. Ancaman berteriak dan menuduh sang pemuda hendak menzinainya dilontar keras, bila keinginan tak diturut. Sang pemuda semakin tersudut, dilema hati, berkecamuk rasa dalam dada. Tak kalah akal saat nasihat tak lagi berguna hasil, sang pemuda berkelit menawar waktu. Berdalih izin membasuh diri, membuat senang sang wanita menyangka sang pemuda terbujuk rayu. Dalam bilik air, sang pemuda terus berdo’a, menguat tekad tatkala mengingat janji Tuhan: “Diantara 7 golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari…
-
Atikah berparas jelita, semua mafhum. Namun tak hanya cantik, Atikah juga cerdas dan memiliki kemuliaan pekerti tinggi. Apatah lagi, sang ayah adalah bangsawan, sahabat utama dalam dakwah, Zaid bin Amr. Serasa sempurna Atikah di mata Abdullah. Gayung pun bersambut, pinangan Abdullah diterima baik untuk sebuah ikatan suci, pernikahan. Hari-hari menjadi kebungahan bagi Abdullah, membina rumah tangga bersama sang pujaan hati, begitupun Atikah, merasai hal serupa. Namun sayang, kebahagiaan tak bertahan lama. Ayahanda Abdullah, Abu Bakar Shidiq memberi mandat, Abdullah harus menceraikan Atikah !!! Betapa dunia seolah runtuh, jiwa Abdullah meradang, kecewa dan terluka. Bila mengedepankan ego manusiawi, sungguh putusan tidak…
-
“Wahai diri, jika kau tak gugur di medan juang, kau akan tetap mati walau di atas ranjang.” Laga mana yang belum ia sentuh? Badar, Khandak, Uhud, Hudaibiah, Khaibar hingga jiwa terbujur dalam Muktah. Ketika pertempuran berlangsung di Balqa, Syam, di Madinah Rasulullah bersama beberapa sahabat tengah membicarakannya, tetiba raut mulia sang Nabi berubah sendu, air menggenang di sudut matanya, pandangannya melihat satu persatu sahabat yang hadir, seraya berucap: “Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja’far dan ia bertempur bersamanya hingga syahid. Lalu Abdullah ibnu Rawahah melanjutkan memegang panji, hingga ia…
-
Epit Rahmayati(Pena Generasi Cendekia Foundation ) “Barang siapa yang mempersiapkan Jaisyul ‘Usrah (pasukan di masa sulit), baginya surga.” Seruan Nabi membuat tubuh Ulbah bin Zaid panas dingin. Dilihatnya para sahabat mulai mendermakan harta yang dipunya, berinfak fi sabilillah. Sementara Ulbah hanya bisa menyaksikan, kesibukan para sahabat mempersiapkan perbekalan melawan pasukan Romawi di bulan Rajab tersebut. Walau di masa paceklik, ditambah terik membakar gurun, kaum muslimin tetap bergegas menyambut genderang perang. Menyadari hanya jiwa yang bisa diberi, Ulbah dan beberapa sahabat memohon pada Nabi berkenan mengikutsertakan mereka dalam jihad Tabuk. Namun kali ini sang Nabi mensyaratkan untuk tetap tinggal bagi yang…
-
Lelaki tersebut orang shalih, menisbatkan diri kepada Allah semata. Hampir sekitar tujuh puluh tahun ia habiskan dalam mihrab. Baru di hari-hari tertentu ia beranjak, guna menunaikan hajat kemanusiaannya. Namun naas, suatu saat lelaki tersebut tergelincir dalam nista. Tergoda bujuk rayu setan terfitnah akan wanita, hingga nafsu mengalahkan segalanya. Ritual peribadatan yang kemarin menemani hari-harinya seolah tak berbekas. Ia lupa diri dan lupa Tuhan-nya. Suara hati kecil memanggilnya sayup, mengajak sang lelaki kembali kepada jalan Tuhan. Walau nyaris tak terdengar, tetapi lelaki itu behasil menangkap. Tersadar ia, tujuh malam terlewati dalam kubangan dosa. Ia terpukul dan menyesal. Sepanjang waktu mengutuki perangai…