
Pemuda rupawan pedagang kain asal Syam itu terjebak, mengira wanita yang memanggil dari rumah akan membeli jajaannya. Siapa sangka, nyatanya wanita itu berhasrat dan bersiasat buruk padanya.
Ancaman berteriak dan menuduh sang pemuda hendak menzinainya dilontar keras, bila keinginan tak diturut. Sang pemuda semakin tersudut, dilema hati, berkecamuk rasa dalam dada.
Tak kalah akal saat nasihat tak lagi berguna hasil, sang pemuda berkelit menawar waktu. Berdalih izin membasuh diri, membuat senang sang wanita menyangka sang pemuda terbujuk rayu.
Dalam bilik air, sang pemuda terus berdo’a, menguat tekad tatkala mengingat janji Tuhan: “Diantara 7 golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari tidak ada naungan lagi di hari kiamat adalah seorang pemuda yang diajak berzina namun ia mengatakan, ‘Sungguh aku takut pada Allah!”.( Potongan HR.Bukhari)
Sang pemuda mencari cara, agar diri terhindar zina dan tidak terfitnah menzinai. Kubangan tempat tinja akhirnya menginspirasi. Ya ia memilih membaluri pakaiannya dengan kotoranya sendiri. Aroma dan penampakannya sangat menjijikan.
Sontak apa yang dilakukan sang pemuda membuat wanita pengumbar nafsu terbelalak, merasa jijik. Serta merta mengusir sang pemuda dari kediamannya.
Sepanjang jalan menuju rumah sang pemuda beroleh cibiran bahkan tawaan, tapi ia tak menyoal. Hatinya tenang, terbebas dari jurang kenistaan.
Tekad bagian kekuatan diri, menemukannya menggiring pada kesuksesan. Sumber inspirasi terpacu dari tekad yang menyala, membangkit semangat merentas impian.
Kejelasan tujuan memunculkan tekad. Tak heran tujuanlah yang mendesak tekad untuk melawan hal yang merintangi pada tercapainya sebuah maksud.
Dalam Islam, hadirnya manusia di bumi telah digariskan pada satu tujuan mulia, kembali kepada Allah pencipta diri dan semesta.
Jalan pulang menuju Allah pun seterang siang, tergambar dalam Kitab Suci Al Qur’an. Pilihan jalan berupa fujur dan taqwa, keduanya punya konsekuensi dan imbalan, baik di alam fana maupun keabadian.
Terkadang, ada orang baik tak berniat bermaksiat, namun kesempatan menggoda untuk mencicipi. Mampu tergoda saat fikiran bias pada tujuan. Mengembalikan ingatan pada tujuan, membantu hati dan fikir menimbang, hingga tekad kembali fokus.
Teringat petuah sang guru, tuliskan apa yang menjadi tujuan hidup, tempelkan pada tempat yang mudah dibaca ulang, agar tekad semakin tertantang untuk menjaganya!.
Sang pemuda orang shalih, ia paham tujuan kemana kaki dilangkah. Kesempatan tak menjadikanya peluang menjelma sebagai pecundang. Sang pemuda memilih seperti Nabiyullah Yusuf AS, mengurai jerat nafsu, meski ada konsekuensi yang dibayarkan.
Allah Maha baik, rahmat-Nya meliputi segala kehendak-Nya. Ganjaran tersedia bagi siapapun yang bertekad mempertahankan kemuliaan bersama-Nya.
Seperti sang pemuda dalam kisah, pada akhirnya orang mengenalnya dengan al Misk, pemuda seharum kasturi. Sejak kejadian hampir terfinah, dengan izin-Nya dari tubuh sang pemuda tercium aroma yang sangat wangi, hingga sekitar takjub padanya.
Referensi:
- El Shirazy, Habiburrahman, Di atas Sejadah Cinta, 2006, Jakarta, penerbit Republika
- Mahendra Rizky, Pay Your Shoul Fist, 2005, penerbit Let’s go Indonesia