Inspirasi

Sugesti Cinta Ayah dan Kepahlawanan

0
(0)

” Ayah sedang apa?” Celoteh gadis kecil di tengah kesibukan sang ayah menulis di suatu malam.
” Ayah sedang menyusun jadwal  untuk besok nak.” Tanpa menoleh sang ayah menjawab.
“Ayah, apa aku ada di daftar jadwal ayah esok?” Lanjut sang anak membuat ayahnya terdiam seribu bahasa.

Sederhana, namun cukup mendalam. Sang anak tidak berniat menyindir, tapi itulah kepolosan. Ungkapan hati terdalam demi merasakan realita yang hadir hari ini. Merasa sepi akan sosok ayah.

Isu fatherless  kian banyak dibahas, utamanya di Hari Keluarga Nasional (HKN) 29 Juni. Menjadi topik populer apalagi ketika disinyalir Indonesia terindikasi masuk rumor ini.

Mengutip media online Tempo edisi 1 juli 2023, ketua BKKN Hasto Wardoyo mengatakan “Dampak fatherless yang belakangan sering muncul adalah gangguan kesehatan mental. Data riset kesehatan dasar 2018 menyatakan 9,8 persen anak Indonesia mengalami mental disorder , naik dari 6,1 persen pada 2013.”

Fatherless dimaknai sebagai ketidakmampuan seorang ayah untuk terlibat secara penuh baik psikis dan fisik pada kehidupan seorang anak. Kurangnya keterlibatan ayah dalam pola pengasuhan anak menyebabkan Father hunger  “anak yang lapar pada sosok ayah.”

Efeknya tidak main-main, membentuk kondisi psikologis yang kurang matang. Membuat anak kurang mandiri, kekanak-kanakan bahkan sulit menentukan identitas seksualitas ( kefeminiman/ kemaskulinan). Implikasinya merambah ke masalah sosial. Dimana kerapuhan mental menjadikan anak mudah terpengaruh pada tindak penyimpangan dan kriminalitas.

Satu dekade sebelumnya, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar Netty Heryawan dalam acara jumpa pers Gerakan 20 Menit Orang Tua Mendampingi Anak mengatakan ” Ternyata 75 persen penghuni lapas yang divonis seumur hidup tidak mendapatkan kasih sayang ayah. Sebanyak 92 persen pengedar narkoba, besar tanpa melihat peran ayah. Sebesar 65 persen pelaku bunuh diri dan 60 persen pelaku tindak korupsi serta 78 persen pelaku perkosaan tidak didampingi ayah.”(dikutip dari detik. com edisi 16/05/2014)

Menarik menilik proses reproduksi ikan arwana. Pada musim pemijahan arwana betina bertugas mengeluarkan sekitar 20-90 telur untuk dibuahi arwana jantan di luar. Setelah itu, arwana jantan akan memasukan semua  telur calon anakan ke dalam mulutnya.

Setelah menetas sekitar 1-2 pekan, anakan arwana akan tetap berada di mulut sang ‘ayah’ sampai kantung kuning telur terserap. Biasanya proses ini memakan waktu sekitar 50 hari.

Bayangkan, selama waktu tersebut, arwana jantan harus bersabar untuk tidak membuka mulut, walaupun untuk sekedar memasukan makanan. Ya, arwana jantan harus rela berpuasa demi memelihara anakan agar bisa bertumbuh secara baik dan sempurna.

Sinergitas pola pengasuhan awal kehidupan raja ikan hias tersebut cukup memberi inspirasi. Ayah mengambil peran signifikan. Membersamai bunda dalam berbagi tugas. Sungguh peran serta ayah dimasa ini, membantu tumbuh kembang anak secara optimal, juga mengurangi dampak baby blues yang acap kali dialami sebagian para bunda pasca melahirkan.

Peran orang tua, baik ayah atau ibu, menjadi role mode bagi kehidupan anak di masa selanjutnya. Kenapa ayah harus terlibat? Apakah tidak cukup jika anak diasuh oleh ibu? Rupanya, pola asuh ayah dan ibu memiliki karakteristik dan cara berbeda, hingga harus ada perimbangan.

Menularkan sifat kepahlawanan; berani, bertanggungjawab, jujur dan cinta kebenaran menjadi hal penting bagi ayah. Dimana dalam ritmenya membutuhkan ruang berinteraksi, baik psikis dan fisik meski hanya berupa aktifitas santai, bermain misalnya.

Beruntungnya Fathimah ra, putri bungsu Rasulullah saw. Ia tumbuh menjadi pribadi memesona dalam asuhan ayah mulia. Meski ia lahir di masa dimana lingkungan tengah mendeskriditkan keberadaan kaum perempuan, namun sang ayah tak segan memperlihatkan limpahkan kasih sayangnya. Menyambut dengan _sumringah_ saat Fathimah datang, memangku dan menghibur kala duka menghampiri.

Sang nabi selalu antusias memberikan apresiasi di setiap kesempatan bersama putri-putrinya. Mengajarkan nilai dalam setiap sesi kehidupan. Tak heran, Fathimah menjelma sebagai sosok berkarakter dan  menjadi satu dari empat wanita jaminan surga.

” _Sebaik-baik wanita surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.”_ (HR Ibnu Hibban, Ahmad, Abu Ya’la, Ath-Thabrani, Abu Daud, dan Al-Hakim)

Lain lagi sosok Mu’az bin Amr bin Jamuh dan Muawwiz bin Afra, pemuda belia yang baru berumur 14 dan 13 tahun. Keduanya sanggup melumpuhkan musuh utama dalam dakwah. Di saat tameng Abu Jahal yang demikian rapat dan berlapis, keduanya berhasil merangsek maju mendekat medan pertempuran. Melukai dan memukul Abu Jahal, hingga mempermudah langkah Abdullah ibnu Mas’ud membunuhnya.

Abdurrahaman bin Auf menjadi saksi, semangat menggebu keduanya saat diminta memberitahu siapa sosok Abu Jahal dalam perang Badar.

” Aku akan tunjukkan kepada kalian dimana Abu Jahal, boleh tahu apa yang akan kalian lakukan apabila berjumpa dengannya? Tanya Abdurrahman bin Auf.

“Orangtuaku berpesan, jangan pulang ke rumah selagi kepala Abu Jahal tidak diceraikan dari badannya,” jawab Muaz bin Amr bin Jamuh bersungguh sungguh.

“Abu Jahal menghina serta menyakiti Rasulullah, saya ingin membunuhnya,” kata Muawwiz pula.

Sungguh keduanya tak akan memiliki mental pemberani dan tekad membaja untuk menegakan risalah, bila dibelakang mereka tak ada sosok yang mensugesti jiwa kepahlawanan dengan cinta dan kasih sayangnya, dialah ayah.

Siapa pun bisa menjadi ayah, tetapi dibutuhkan seseorang yang istimewa untuk menjadi ayah. Itulah mengapa saya memanggilmu ayah karena kamu begitu istimewa bagiku.”(Wage Boggs)

Selamat Hari Pahlawan 10 November dan Hari Ayah Nasional 12 November

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.