Inspirasi

Hikayat Buah Apel Antara Sains dan Spiritual

4
(4)

Eureka!!!
Sir Isaac Newton mendapat jawaban atas perenungannya selama ini. Uniknya Keberuntungan diperoleh saat dirinya tertimpa buah apel yang jatuh dari pohon tempat ia bernaung melepas lelah.

Ilmuwan asal Inggris ini berhasil membuat teori ” gaya gravitasi” buah dari memikirkan kenapa apel jatuh ke bawah tidak ke atas. Penemuannya dibukukan dalam Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang terbit pada 1687.

Cerita buah apel tidak berhenti pada Newton. Adalah Tsabit bin Zutha, pemuda asal Kufah, Irak. Dalam perjalanannya menemukan sebuah apel terbawa aliran sungai jernih. Didorong rasa haus dan lapar, seketika diambilnya apel dan dimakan. Namun baru segigit mencicipi, ia tersadar, ia memakan apel milik orang lain.

Keshalihan diri membuat Tsabit bergegas mencari tahu si empunya pohon untuk merelakan buah yang sudah disantapnya.

Upaya meminta keridhaan tidak semudah yang dibayangkan. Pemilik kebun tinggal di kota yang berjarak cukup jauh sekitar 8 Kilometer. Rasa ketakutan akan ketidakberkahan makanan, membuat Tsabit bertekad untuk tetap mencari si empunya kebun.

Pucuk dicinta ulam pun tiba , upaya membuahkan hasil, Tsabit bertemu sang pemilik kebun. Namun lagi- lagi meminta mengikhlaskan buah apel, terasa semakin sulit. Si empunya meminta syarat agar Tsabit mau menikahi putrinya.

Menikahi seorang yang dikabarkan penuh kecacatan; buta, tuli, bisu dan lumpuh tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi Tsabit. Hatinya resah, sedemikiankah takdir menghukumnya? Hanya karena sebuah apel, ia harus menanggung beratnya cobaan.

Akhirnya Tsabit memutus memilih menikahi sang putri. Tsabit hanya ingin hatinya tenang dan Allah ridha padanya.

Pernikahan pun berlangsung. Alangkah terkejut Tsabit ketika didapati istrinya nyaris sempurna, tidak seperti apa yang dituturkan sang ayah. Seakan tak percaya, dalam kebingungan Tsabit berujar:

“Ayahmu berkata kau adalah seorang gadis buta dan bisu tapi aku tak mendapati hal demikian pada dirimu?”

“Demi Allah, ayahku berkata jujur, aku buta karena aku tidak pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah, aku juga tidak pernah mengucapkan satu kalimat pun yang membuat Allah murka.”

“Tapi, Ayahmu bilang, dirimu tuli dan juga lumpuh?”lanjut Tsabit.

“Ayahku benar, demi Allah. Aku tidak pernah mendengar satu kalimat pun, kecuali di dalamnya terdapat ridha Allah dan aku tidak pernah melangkahkan kakiku ke tempat yang Allah murkai,” ujar si gadis membuat Tsabit begitu terpesona.

Allah memberkahi, dari pernikahan Tsabit bin Zutha, terlahir Nu’man bin Tsabit, yang tak lain adalah Imam Abu Hanifah, satu dari empat imam mazhab yang melegenda. Mazhab Hanafi yang dipelopori Abu Hanifah menjadi referensi hukum fikih dibelahan dunia.

Berangkat dari buah apel, Newton maupun Tsabit menemukan “karya”. Menyelami hakikat pada setiap ciptaanNya, menumbuhkan logika berfikir, walaupun dari citarasa yang berbeda. Newton membawa apel pada perenungan sains melalui gejala alamnya ( kauniyah), sementara Tsabit merambah di area spiritual (qauliyah).

Tak ada yang sia-sia, semua berujung pada hikmah. Agama dan sains keterpaduan yang harmonis, saling menyokong, karena bersumber pada satu, ilmu Allah.

Membenturkan agama dan sains adalah kejahatan, pun membodoh-bodohi umat dengan memisahkan satu sama lain adalah kenistaan. Islam sangat menstimulan sinergisitas keduanya, karena Islam paham kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia terjamin dari kolaborasi agama dan sains.

Sinisme pada kejumudan islam, menutup persepsi pada keutuhan islam sebagai ajaran. Padahal ilmu dan orang berilmu sangat dimuliakan.

Iqra, bacalah…
Al Quran mengawali dengan perintah membaca, yang menurut Ibnu Katsir dalam tafsirannya, ayat ini sebagai nikmat dan rahmat, berupa kasih sayang Allah kepada hamba mengajarkan apa yang tidak diketahui melalui perantara kalam.

Bersama ilmu seseorang akan semakin ditinggikan derajatnya. Sebab ilmu itulah yang membedakan bapak manusia, yaitu Adam AS dengan para malaikat.

…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”(QS. Al-Mujadilah: 11).

Referensi:

  • Sabiq, Sayyid, Akidah Islam, 1992, Jakarta, CV Firdaus
  • Sir Isaac Newton, Hukum Gravitasi Universal, http://www.pas.rochester.edu

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 4 / 5. Vote count: 4

No votes so far! Be the first to rate this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *