Inspirasi

Mata Rantai Risalah Para Nabi

0
(0)

Akhirnya rahib Yahudi itu memutuskan untuk bermukim di perkampungan Bani Quraizhah. Jauh sebelum Rasulullah tiba di Madinah Munawarah. Perjalanan dari Syam ke Madinah ditempuh sang Rahib hanya untuk menjumpai Nabi akhir zaman yang dikabarkan Taurat akan hadir di sekitar Jazirah Arab.

Dinukilkan dari lbnu Katsir dan Ibnu Ishak dari sirahnya:
Tahukah kamu apa penyebab islamnya Bani Quraidhah? Ada seorang laki-laki yahudi dari negeri Syam namanya Ibnu Haiban dia datang kepada kami sebelum datangnya islam dengan jarak bertahun- tahun dia menetap di tengah-tengah kami ,”demi Allah kami tidak pernah melihat seorang laki-laki pun yang lebih afdhal dari dia selain orang yang shalat 5 waktu.

Ketika kami kekeringan kami datangi dia ,”wahai Ibnu Haiban keluarlah untuk mintakan kami hujan ,lalu dia berkata “ tidak, demi Allah, sampai kalian mengeluarkan sedekah “barapa?”satu sha dari kurma” maka kami pun bersedekah. Kemudian dia berdoa untuk kami “demi Allah dia belum meninggalkan tempatnya sampai awan bergerak untuk hujan.

Kerinduan dan keinginan kuat bersyahadat kepada Nabi terakhir Rasulullah SAW, membuat Ibnu Haiban terus bertahan, melawan kepayahan renta yang tak bisa ditolak. Usia kian menua, menyebabkan fisik Ibnu Haiban menjadi semakin rentan.

Di hari-hari terakhir menjelang kematiannya, Ibnu Haiban banyak menangis. Kesedihan menyesakan, membuat masyarakat Bani Quraizhah merasa iba. ” Wahai Rahib, kenapa engkau menangis? Engkau adalah orang yang sangat shalih pastilah Tuhan tidak akan menghinakanmu kelak. ” Menghibur salah seorang dari Bani Quraizhah.
” Wahai kaum Yahudi, aku menangis bukanlah takut menghadapi kematianku, aku menangis karena aku khawatir tidak bisa menjumpai Nabi penutup akhir zaman, maka jika ia telah sampai pada kalian sampaikanlah salamku, sesunggungnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan-Nya.”

Dan pada saat dia akan meninggal, dia berkata “wahai masyarakat yahudi apa yang kalian ketahui kenapa saya keluar dari khamr (negeri makmur) menuju negeri susah yang lapar ini? Masyarakat yahudi berkata ”engkau yang lebih tahu”,”sungguh tak ada yang menyebabkan saya datang ke negeri ini kecuali menanti datangnya seorang nabi yang zamanya telah menaungi kalian dan negeri ini adalah negeri hijrahnya dan saya sangat mengharapkan dia di utus dan saya ikuti dan jangan kalian sekali-kali di dahului mengikutinya sungguh dia diutus untuk jihad dan menawan tawanan“,

Takdir bekata lain, Ibnu Haiban tutup usia sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Meski begitu keloyalitasan kepada Nabi SAW telah terikrar tulus dari lisan yang merindu akan kebenaran berita Nubuwwah.

Waktu berlalu, belum lama berselang dari peristiwa perang Khandak, Nabi mendapat wahyu melalui malaikat Jibril untuk memberi peringatan kepada Bani Quraizhah. Nabi melakukan pengepungan karena kaum tersebut mengingkari perjanjian sebelumnya yang telah disepakati. Menurut Ibnu Hisyam peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu 25 hari, di bulan Dzulqaidah tahun 627 M.

Dalam masa pengepungan muncul tiga orang pemuda dari Bani Quraizhah seraya berseru kepada kaumnya. “Dia seorang Nabi sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ibnu Haiban,” Sambil berlari ketiga pemuda tersebut keluar dari barisan tentaranya dan masuk islam saat Rasulullah menawarkan.

Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta, memelihara hak dan kewajiban pada porsi yang sebenarnya. Agama fitrah ini mengajarkan tentang mengesakan Tuhan, ajaran yang diusung para Nabi. Dimulai dari Nabi Adam AS sebagai manusia sekaligus Nabi pertama sampai Muhammad Rasulullah, sebagai penyempurna.

Rangkaian perjalanan ajaran tauhid, turun temurun disampaikan para Nabi dengan esensi yang sama, tidak ada pembelokan apalagi penyimpangan. Sejatinya semua umat, dari nabi Adam AS sampai umat akhir zaman berpegang pada satu keyakinan ini, menyembah Allah Yang Esa.

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (Qs. AN Nahl: 36)

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kalian mati kecuali dalam (keadaan) Islam” (Qs.Al Baqarah: 132)

Sebagai penyampai risalah Ilahiyah, Nabi dan Rasul bagian yang harus juga diyakini keberadaannya. Dengan kata lain beriman kepada Allah berarti harus mengimani Nabi dan Rasul sebagai perpanjangan tangan penyampai firman-Nya.

Ketersambungan risalah tauhid, senantiasa digambarkan dalam Kitab-Kitab yang diturunkan. Ini yang menyebabkan pendeta Ibnu Haiban, menunggu sosok Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi pelanjut Isa AS. Ibnu Haiban tahu karena membaca Taurat. Dimana dalam kitab Taurat maupun Injil dikabarkan akan datangnya penerus dan penutup kesempurnaan risalah yaitu Rasulullah SAW.

Bani Quraizhah pun tak menampik, Rasulullah adalah Nabi yang dibicarakan dalam Taurat. Dari Ka’ab bin Asad berkata kepada kaumnya Yahudi saat terjadinya pengepungan. “Wahai kaum Yahudi, kalian bisa lihat sendiri apa yang menimpa saudara kalian, aku tawarkan kepada kalian tiga alternatif, kita mengikuti Muhammad dan membenarkannya, tentu sudah jelas bagi kalian bahwa dia adalah seorang Rasul yang telah diutus dan kalian pun dapat menemukannya dalam Kitab Suci Kalian..”

Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”.
(QS. Ash Shaf 61 : 6)

Begitulah kemurnian risalah kenabian sebagai satu kesatuan tak terpisah. Membentuk mata rantai yang berkesinambungan sebagai pemandu sekaligus model dari penerapan nilai Ilahiyah yang termaktub dalam Kitab Suci.

Segalanya berjalan atas titah dan skenario Allah, Maha Pengasih Maha Penyayang. Pada akhirnya semua kembali kepada kemaslahatan bagi manusia, supaya hidupnya menjadi terarah dan kembali pulang ke negeri akhirat dalam keadaan yang husnul Khatimah.

Referensi:

  • Ramadhan,al Buthi, Sa’id, Muhammad, Sirah Nabawiyah, 2005 cetakan kelima, Jakarta, Rabbani Press
  • Nasrullah, Nashih, Ternyata Kehadiran Muhammad SAW disebut Taurat dan Injil, 01 Nov 2019, Rubik Khasanah, Republika Online

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *