Inspirasi

Dan Allah Perkenankan Harapmu

0
(0)

Imam Ahmad ibnu Hanbal bercerita, suatu waktu dirinya teramat ingin mengunjungi sebuah kota di Bashrah. Tak ada hajat khusus, tapi hasrat membawanya tetap melakukan perjalanan.

Senja beranjak, malam menghampiri.
Imam Ahmad memutus bermukim di masjid yang disinggahi, namun maksud ditolak sang penjaga masjid, apalagi sang penjaga tak tahu dengan siapa ia berhadapan.

Belum jauh Imam Ahmad beranjak pergi, seorang penjual roti yang rumahnya di sekitaran masjid menghampiri. Sedari awal penjual roti itu memperhatikan perlakuan penjaga masjid terhadap Imam Ahmad. Rasa iba menggerakan hatinya mengajak imam Ahmad untuk bermalam di rumahnya. Imam Ahmad menyetujui dan memperkenalkan diri sebagai seorang musafir yang kemalaman.

Selama di rumah penjual roti, Imam Ahmad mendengar sang penjual roti acapkali mengucap _istighfar_ di setiap aktifitasnya membuat roti. Mulai dari memasukan bahan, menguleni sampai proses roti selesai dipanggang.

Penasaran akan prilaku unik tersebut, Imam Ahmad menanyakan sejak kapan penjual roti melakukan hal tersebut dan apa faedah yang telah didapatkannya.

Penjual roti bertutur “Aku melakukan sejak 30 tahun lalu saat mulai menjual roti, dan alhamdulillah segala hajat yang kumohonkan pada Allah selalu dikabulkan selama ini, namun ada satu yang Allah belum mengijabah.”

“Apakah gerangan kalau boleh aku tahu?” Tanya Imam Ahmad.
” Aku meminta pada Allah ingin berjumpa dengan Imam Ahmad, namun belum jua aku berkesempatan bertemu dengannya.” Tertegun Imam Ahmad, dipeluknya sang penjual roti, seraya mengabarkan bahwa ialah imam Ahmad bin Hanbal.

Terjawab sudah, kenapa pada akhirnya Allah menuntunnya mengunjungi kota ini. Semata untuk mengijabah doa hamba yang memohon kepada-Nya dengan beriring kalimat pengampunan _istighfar_ .

“Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud: 61).

Doa adalah permohonan suci, ditujukan kepada Allah yang Maha Suci. Sepatutnya menyucikan hati sebelum bermohon dengan _istighfar_ menjadi adab yang dikedepankan.

Melafazkan istighfar wujud kerendahan hati hamba serta pengakuan akan diri dari banyaknya dosa. Dan dosa adalah bagian penghalang terkabulnya doa, maka menyingkirkannya dengan memohon ampun sebagai upaya membuka tabir.

Kalimat pengampunan dalam _istighfar_ menuntun jiwa agar tetap terhubung pada Dzat yang Maha Berkuasa, hingga dengan kekuasaan-Nya,  Allah berkenan mengabulkan setiap harapan yang diinginkan hamba.

“Bila engkau ingin berdoa, sementara waktumu sempit, padahal di dadamu dipenuhi berbagai keinginan, maka jadikan seluruh isi doamu istighfar, agar Allah memaafkanmu. Karena bila Ia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi-Nya, tanpa engkau memintanya.” (Ibnu Qayyim Al Jauzi)

Dari Abdullah bin Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “ Barang siapa yang menekuni istighfar, Allah akan membuat setiap kesedihan menjadi kelonggaran, setiap kesempitan menjadi jalan keluar, dan memberi rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka.”(HR Ibnu Majah)

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.