Inspirasi

Romantika Pecinta Surga, Cinta Bukan Sekedar Rasa

0
(0)

Atikah berparas jelita, semua mafhum. Namun tak hanya cantik, Atikah juga cerdas dan memiliki kemuliaan pekerti tinggi. Apatah lagi, sang ayah adalah bangsawan, sahabat utama dalam dakwah, Zaid bin Amr.

Serasa sempurna Atikah di mata Abdullah. Gayung pun bersambut, pinangan Abdullah diterima baik untuk sebuah ikatan suci, pernikahan.

Hari-hari menjadi kebungahan bagi Abdullah, membina rumah tangga bersama sang pujaan hati, begitupun Atikah, merasai hal serupa.

Namun sayang, kebahagiaan tak bertahan lama. Ayahanda Abdullah, Abu Bakar Shidiq memberi mandat, Abdullah harus menceraikan Atikah !!!

Betapa dunia seolah runtuh, jiwa Abdullah meradang, kecewa dan terluka. Bila mengedepankan ego manusiawi, sungguh putusan tidak berperasaan!

Tapi prioritas urusan Allah di atas segala. Abdullah menyadari, sang ayah benar, alasan menitahnya untuk berpisah. Kebersamaan bersama Atikah, rentan menawan jiwa Abdullah untuk bergegas menyambut panggilan Ilahi. Ia mulai merasa berat untuk meninggalkan Atikah saat seruan jihad menggema.

Melembut hati Abdullah, memilih bercerai, meski harus mengurbankan perasaan perih dalam dadanya.

Duhai Atikah, hatiku sepanjang siang dan malam, selalu bergantung pada dirimu tentang rasa dalam jiwa.
Tak terbayangkan orang sepertiku menceraikan orang sepertimu hari ini.

Kepedihan Abdullah dalam masa perpisahan, menggoyahkan hati sang ayah. Kemudharatan berpisah ternyata jauh lebih besar bagi Abdullah. Hingga Abu Bakar meruju’ keduanya bersatu kembali.

Senangnya Abdullah. Sejak itu ia bertekad menjaga cinta agar menemukan prioritasnya, tak menawan jiwa apalagi membawanya pada kebinasaan.

St. Valentine, pendeta Roma yang menemukan cinta ketika ia dipenjara akibat menetang keras kebijakan Kaisar Claudius II, yang memutuskan setiap lelaki yang belum berpasangan dilarang untuk menikah dan harus mengabdi menjadi tentara.

Sebelum dieksekusi mati sang pendeta sempat ditahan dalam sebuah penjara. Ia pun masih sempat mengobati anak perempuan sang sipir dari kebutaan, hingga sembuh.

Cinta bersemi seiring waktu bersama, itu terjadi pada sang pendeta dan anak perempuan sang sipir. Hingga diakhir masa hidupnya, St. Valentine menyematkan sepucuk surat, pengungkap rasa kepada sang gadis, ” From your Valentine” ( dari Valentinemu).

Kematian St Valentine dianggap sebagai sebuah ikon kesejatian cinta dan kasih sayang, tak heran masyarakat Roma mengabadikan dalam Valentine’s Day , yang sering diperingati setiap 14 Februari.

Dalam urusan cinta dan kasih sayang, Islam mengaturnya secara sakral, tidak liar diumbar jua tidak mematikan rasa.

Kisah cinta lekat dengan pengurbanan. Dimana ‘pengurbanan perasaan’ bagian perjuangan yang tak tampak dipermukaan. Mengoyak jiwa tatkala rasa diminta pengurbanannya.

Rasulullah SAW mengenalkan jihad istilah dalam Al Quran merujuk pada kata perjuangan. Dimana salah satunya bermakna upaya pengendalian diri dari nafsu yang meliputi.

Bijak dalam mengelola nafsu menghantar pada pilihan barakah yang memberi kebermanfaatan bagi diri maupun sekitar. Meski kadang pilihan di luar nalar dan mengurbankan perasaan.

Justru di sini letak krusialnya. Saat perasaan mampu tunduk di bawah kendali kebenaran. Mengingat nafsu, termasuk perasaan cenderung melampui batasan bila tidak dikendalikan.

Seperti halnya ketika berupaya menolak tradisi Valentine’s Day . Semata itu bukan berarti menolak dan menghilangkan pada nilai kasih sayangnya.

Islam agama yang kerap mencurahkan kasih sayang, tanpa mengenal waktu. Islam menganjurkan pemeluknya untuk menyayangi siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

Menolak tradisi Valentine’s Day, jelas asal muasal hari bukan bagian dari sebuah nilai yang Islam tawarkan. Ditambah tradisi merayakannya mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan agama, norma dan adat masyarakat.

Menolak tradisi Valentine’s Day, mengajak khalayak untuk lebih bijak bersikap. Apalagi ditengah trend yang muncul di setiap hari valentine, dimana dianggap sebagai momen pembuktian kasih sayang. Pasangan sejoli diminta ‘sukarela’ mengurbankan sesuatu yang paling bernilai bernama “kehormatan”, meski belum dalam satu ikatan suci pernikahan.

Menormalisasi hubungan sebelum adanya ikatan pernikahan saja sudah tidak dibenarkan, apalagi sampai terhanyut dalam tradisi free sex yang kental terasa di hari valentine, sungguh membawa petaka bagi para pelakunya.

Islam rahmatan lil ‘alamiin, kasih sayang bagi semua. Agama yang memelihara kasih sayang tidak hanya untuk dirasai segelintir orang, namun merambah pada semua kasta, agama pun alam semesta.

Ketulusan cinta sejati bersumber dari Maha Pemilik Cinta, Allah SWT, yang cinta-Nya tak pernah lengkang ditelan waktu.

“Orang-orang yang saling berkasih sayang akan disayang oleh Dzat yang maha penyayang. Maka sayangilah penduduk bumi maka Allah yang berada di atas langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud ).

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.