Inspirasi

Pengantin Surga

0
(0)

Siapakah engkau?
Lahir tanpa nasab, atau
nasab tak menginginkan hadirmu?
Rupa nan buruk, bersanding kepapaan hidup,
menjadilah dirimu nihil adanya,
Terabai, tanpa nama

Julaibib, tetaplah tegar. Islam menghantarnya pada satu keyakinan, kemuliaan ada pada taqwa. Menjadi terdepan dalam setiap shaf shalat dan jihad adalah tekad yang mengiringi hari-harinya. Meski kebanyakan orang tak menganggapnya ada.

Rasulullah SAW, seutama manusia, sangat peka terhadap pri hidup sahabat. Tanpa pandang bulu semua menjadi kepeduliannya. Termasuk Julaibib.

” Julaibib, apakah engkau tidak ingin menikah?” Berkata Rasulullah saat menemui Julaibib di selasar masjid, tempat peraduannya.
” Duhai Nabi Allah, siapakah gerangan yang mau menikahkan putrinya dengan diriku”. Julaibib tersenyum tahu diri tanpa menyesali.

Berkali- kali Rasulullah menawarkan. Jawaban tetaplah sama. Hingga di hari ketiga diajaklah Julaibib menemui pemimpin Anshar dengan maksud melamarkannya.

Sang pemimpin menyambut sumringah, menyangka sang nabi yang akan mempersunting putri idaman. Namun terkejut ia saat lamaran tertuju untuk Julaibib.

Berundinglah suami istri pimpinan Anshar, mencari alasan tepat untuk menolak pinangan nabi. Tak diduga, dari balik tirai, putri cantik nan shalihah, memutus telak, ia menerima lamaran Julaibib!

Kecintaan sang putri kepada Allah dan Rasul, mengalahkan segalanya. Prasangka kebaikan mendominasi akal dan hati membuatnya mampu mengusir ego kemanusiawiannya.
Bukan main senangnya Julaibib, bak mimpi di siang bolong, mendapat anugerah tanpa disangka.

Hari yang dinanti telah tiba. Julaibib bersiap menuju ke pelaminan. Menjemput impian dalam kesukacitaan.

Namun tak berapa lama seruan jihad menggema. Julaibib harus memilih, merangkai mahligai rumah tangga atau bergegas menuju panggilan jihad. Nyatanya nafsu tak mampu menahan Julaibib, medan jihad tetap menjadi daya tarik untuknya.

Wahai yang mengeluh rindu karena lama tak bertemu. Bersabarlah, siapa tahu esok kau bertemu kekasihmu. Hampirilah Dia dengan membawa api kerinduan.”
( Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, 2001)

“Apakah kalian kehilangan seseorang?”. Tanya Rasulullah tatkala perang usai.
“Tidak Rasulullah.” Serempak sahabat menjawab.
” Apakah kalian kehilangan seseorang?” Memerah wajah Nabi.
“Tidak ya Rasulullah.” Sebagian sahabat mulai gelisah, sambil memperhatikan satu sama lain, mengawasi sekitar.
” Aku kehilangan Julaibib, carilah ia!” Nabi berseru.

Terbujur penuh luka, diantara tujuh mayat musuh didekatnya, Julaibib ditemukan. Tersenyum dalam keridhaan menghampiri keharibaan. Diiringi do’a Nabi, menghantar Julaibib menjadi pengantin keabadian, bersama bidadari bermata jeli.

Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mengetahui.”
( Qs. Al Ankabut: 5 )

Julaibib memberi bukti, ketiadaan bukanlah penghalang.
Umumnya penilaian diri berkesesuaian dengan pelebelan lingkungan. Tak jarang apa yang menimpa Julaibib membentuk sikap rendah diri yang berujung pada stagnasi dan keputusasaan hidup. Tapi Julaibib menepis stigma . Kualitas insan tidaklah mesti dilekatkan pada harta, rupa dan tahta.

Rujukan ” hati ” pada standar penilaian islam, membuatnya tetap self love positif ( menerima diri secara positif) di tengah tekanan psikologis. Memaksimalkan potensi dengan kesungguhan tekad hal yang bisa diberi.

Julaibib jeli, memprioritaskan penilaian atas mau Tuhan, bukan insan. Berkata Abu Sulaiman ad Darani” Jika di hati ada akhirat maka dunia datang mendesaknya. Jika dunia di dalam hati, akhirat tidak datang mendesaknya, karena akhirat itu mulia sedangkan dunia itu tercela.” ( Sa’id Hawwa, 2000)

Julaibib cambuk penggugah keberanian diri. Memilih resiko besar, untuk menjadi manusia besar . Julaibib paham pasti, sejarah tidak pernah mau menoreh orang biasa, dengan urusan biasa dan tantangan biasa.

Julaibib sebuah penyadaran persepsi.
Boleh jadi sebagian besar manusia menganggapnya tak berarti. Terkucil di bumi sebab minim kualifikasi. Tapi tidak bagi penduduk langit. Berdesak- desak bidadari berdiri, menanti Julaibib. Calon pengantin istimewa!

Ya Allah, Julaibib adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Rasulullah berdo’a.

Referensi:

  • Al Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Taman Orang- orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, 2001, Qisthi Press .
  • Hawwa, Sa’id, Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, 2000, Jakarta, Rabbani Press.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *