Inspirasi

Romantisme Loyalitas

0
(0)

(Refleksi Hijrah)

Lelaki itu menangis…
Tak sanggup menahan sakit yang mendera. Sensasi panas di sekujur tubuh membuatnya gelisah. Ditatapnya lelaki yang tertidur dalam pangkuan. Sekuat tenaga ia bertahan, untuk tidak membangunkannya.

Lelaki itu menangis…
Tak bisa dicegah, butirannya mengenai wajah lelaki dalam pangkuan. “Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, aku tersengat binatang“. Ujarnya lemah ketika melihat lelaki dalam pangkuan terjaga dengan tatapan penuh kecemasan.

Rentang berlanjut,
Jantung lelaki itu berdebar. Terdengar derap orang kebanyakan persis di atas tempat ia bernaung. Resah gulanda memuncak, saat tapak kaki mulai terlihat.
Duhai.. bagaimanakah ini? Membatin ia, menatap sedih pada lelaki yang terdiam tenang di sisinya.

Kekhawatiran menjelma bukan untuknya, melainkan tertuju pada lelaki agung yang menjadi target eksekusi pemuda- pemuda Quraisy pilihan, putusan makar Darun Nadwah.

Dari Anas dari Abu Bakar, dia berkata;
Aku bersama Nabi di dalam gua, Kudongakan kepala, dan kulihat kaki beberapa orang.
Aku berkata: ‘Wahai Nabi Allah, andaikan mereka menatap kaki mereka sendiri, tentu mereka akan melihat kita‘.
‘Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu, jika ada dua orang, sedangkan yang ketiga adalah Allah?” (HR. Bukhari)

27 Safar tahun ke-14 dari Nubuwah, Jabal Tsur saksi bisu. Ketulusan cinta yang dibangun atas kebenaran. Kekuatannya mengetuk pintu langit, hingga semesta tergerak, bersinergi atas titah Penguasa jagat. Selamatlah kedua insan mulia, pintalan sarang laba-laba di mulut gua mengecoh segalanya.

Romeo dan Juliet , cerita berlatar di Verona Italia, mungkin fenomenal dalam urusan romantisme. Melegenda bagai simbol kesejatian cinta. Nyatanya? tak berakhir sampai di keabadian.

…Maha suci Allah yang telah melebihkan orang- orang yang mencintai-Nya, mencintai Kitab dan Rasul-Nya daripada seluruh pecinta…”. ( Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, 2001)

Sepenggal romantisme, terselip dalam lembaran kisah hijrah. Mengharu biru dalam balutan kesejatian cinta Ilahi. Abu Bakar memainkan perannya. Harta diserahkan, jiwa dikorbankan dan anggota keluarga dikerahkan.

Wujud totalitas perjuangan .
Meminta pengorbanan sebagai mahar atas cinta. Memberi tanpa transaksi, demi mendulang tegaknya risalah di bumi.

Titik awal penyingkap kebathilan nurani. Menuju performa diri jauh lebih berkelas. Menatap harapan, kejayaan hakiki dalam kecintaan -Nya.

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” ( QS. At Taubah: 20- 22).

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *